Cari Artikel

REVIEW METAL GEAR SOLID V: GROUND ZEROES


Menyambut ulang tahun ke-25 dari franchise Metal Gear, di bulan Maret 2014 Kojima Productions meluncurkan Metal Gear Solid V: Ground Zeroes untuk konsol dan Windows. Ground Zeroes adalah sebuah prolog atau permulaan dari game berikutnya yaitu Metal Gear Solid V: The Phantom Pain. Mulanya Kojima berniat merilis dua game itu bersamaan, namun waktu pengerjaan yang sangat panjang membuatnya menunda proyek itu. Di game ini Big Boss akan bertindak sebagai protagonis, menggantikan Solid Snake. Dikembangkan dengan Fox Engine, Ground Zeroes memberikan gameplay yang realistis dengan grafis yang menawan.

Tahun 1975, tiga bulan setelah even dalam Peace Walker, Paz Ortega Andrade menghilang dan dianggap sudah mati. Big Boss kini bekerja dengan Militaires Sans Frontières (MSF), sebuah kelompok tentara bayaran yang dikomandani oleh Kazuhira Miller. Persiapan MSF terganggu ketika PBB menaruh curiga pada mereka atas kepemilikan senjata nuklir. MSF yakin ada keterlibatan Cipher yang berusaha menyudutkan mereka seperti yang terjadi sebelumnya dalam Peace Walker. Cipher adalah rekan lama Big Boss, keduanya pernah bekerja sama ketika era perang dingin dan Operation Snake Eater tahun 1964. Cipher nama aslinya adalah David Oh, pernah menjadi komandan FOX, sebuah kelompok pasukan khusus CIA. Setelah mendirikan The Patriots bersama Big Boss, keduanya menjalani permusuhan yang pahit.


Di tengah persiapan MSF menghadapi investigasi PBB, salah satu agen MSF di Kuba melaporkan jika Paz ternyata masih hidup dan ditahan di Camp Omega. Situasi bertambah rumit ketika Chico, seorang prajurit anak-anak tertangkap saat berusaha menyelamatkan Paz. MSF yakin jika berhasil menyelamatkan Paz mereka bisa bernegosiasi ulang dengan Cipher. Paz sebelumnya adalah mata-mata suruhan Cipher yang menyusup ke markas MSF. Paz juga satu-satunya orang yang pernah bertemu dan menerima perintah langsung dari Cipher. Untuk mendapatkan semua informasi berharga dari Paz, Big Boss dengan menggunakan kode nama “Snake” menyusup ke penjara Kuba demi menyelamatkannya.

Ground Zeroes menantang pemain menjelajahi Camp Omega dalam dunia open world. Pemain diberikan tujuan dari misi dan kemana mereka harus pergi. Tapi bagaimana untuk sampai kesana, semuanya adalah kebebasan pemain. Pemain boleh menyerang musuh secara frontal dengan senjata, menghabisi penjaga dengan serangan tiba-tiba, atau menyusup diam-diam layaknya hantu. Big Boss dipandu oleh Huey dari radio, tapi dia juga bisa mengumpulkan petunjuk dari kaset tape milik Chico yang tersebar di area. Jika masih kesulitan, pemain juga bisa menyergap penjaga dan mengorek informasi dari mereka. Jika tidak ada informasi dari penjaga, pemain diberi tiga pilihan; membuat mereka pingsan, memaksanya memanggil penjaga lain, atau bahkan membunuhnya.


Dalam Ground Zeroes musuh dibuat jauh lebih pintar dan taktis. Jika ada penjaga hilang dari posnya, ada kamera pengintai rusak, atau terdengar letusan senjata, maka pusat kontrol musuh akan memerintahkan pencarian di lokasi kejadian. Jika pemain ketahuan dan melarikan diri, maka para penjaga akan mengejarnya. Pemain bisa memilih baku tembak, tapi bukan ide yang bagus. Musuh akan terus berdatangan meski pemain berhasil membunuh mereka semua. Jika penjaga tahu persembunyian pemain, dan ada kontak senjata, mereka tidak mau mendekat begitu senjata. Mereka akan memanggil penjaga lain dan bila perlu melempar granat ke persembunyian pemain. Buruknya lagi, lemparan granat penjaga biasanya selalu tepat dan bisa membunuh pemain seketika. 

Teknik menyelinap dan bersembunyi kini berubah total. Ground Zeroes benar-benar memaksimalkan efek cahaya, sehingga pemain punya beberapa cara untuk bersembunyi. Big Boss bisa bersembunyi di dalam semak-semak, di dalam kendaraan musuh atau di sebelah material yang tidak tersorot cahaya. Untuk memudahkan aksi, pemain juga bisa menembak lampu sorot sebelum masuk ke lokasi. Bagaimana jika ketahuan penjaga? Disinilah Reflex Mode akan berperan. Jika penjaga tiba-tiba melihat pemain, maka waktu akan melambat sekitar sepuluh detik. Di saat itulah pemain harus segera mengatasi penjaga tadi, karena jika tidak dia akan membunyikan alarm atau memanggil penjaga lain.


Sebagai sebuah prolog dari game selanjutnya, pemain bisa merampungkan Ground Zeroes dalam waktu dua jam saja. Ini bisa dilakukan jika pemain sudah berpengalaman dan pernah menyelesaikan gamenya. Untuk meredam kekecewaan fans karena game yang terlalu singkat, Hideo Kojima menambahkan empat side ops; misi tambahan yang seting waktunya beberapa minggu sebelum cerita utama gamenya. Seluruh misi dalam side ops juga bertempat di Camp Omega dan obyektifnya bisa berupa membunuh target, menyelamatkan rekan atau mendapat informasi. Jika pemain berhasil merampungkan side ops, maka dua tambahan extra missions akan diberikan. Anda bisa mencoba Metal Gear Solid V: Ground Zeroes ini dengan mengunduhnya disini.

NIGHTSHADE: KONFLIK NINJA IGA DAN KOGA BERLANJUT DALAM VISUAL NOVEL


Di era Sengoku dua klan ninja yaitu Iga dan Koga terlibat perang selama beberapa dekade. Perseteruan yang panjang membuat mereka saling berbagi kebencian begitu juga wilayah. Namun demikian di tahun 1593, atau tahun kesembilan era Tenshou, klan Iga diambang keruntuhan akibat perang yang dicetuskan Nobunaga Oda. Anggota klan Iga yang hidup hanya tinggal sedikit dan mereka yang tersisa dimasukkan dalam pasukan ninja Koga. Tujuh belas tahun kemudian era Sengoku yang penuh konflik berakhir setelah Jepang disatukan.

Bermimpi melakukan tugas sebagai seorang ninja, Enju Ueno berlatih dengan rajin setiap hari. Enju adalah putri dari Kando Ueno (ketua klan Koga) dan Kagari (saudara perempuan Tanba Momochi, ketua klan Iga). Enju dianggap sebagai simbol perdamaian kedua klan. Karena itu dia diperlakukan layaknya tuan putri daripada seorang ninja. Enju bahkan punya seorang pengawal khusus yang bernama Gekkamaru.

Bukannya bermanja-manja, perlakukan itu justru membakar niat Enju untuk berguna bagi desanya. Ayahnya akhirnya setuju mengirim Enju bersama teman-temannya dalam sebuah misi ke Kyo. Tapi Enju yang masih awam tidak tahu jika ada tragedi yang akan mengubah hidupnya dan desanya. Enju digunakan sebagai pion dalam sebuah konspirasi politik. Dengan seluruh dunia yang melawannya, dan desanya sendiri meninggalkannya, Enju harus berjuang untuk hidup. Sanggupkah Enju bertahan dalam jalan ninja sesuai keyakinannya?


Dunia ninja memang selalu menarik untuk diangkat kedalam game. Kebanyakan memang game action, dan sepertinya memang lebih cocok begitu. Tapi salut buat Lantern Rooms dan Red Entertainment Corporation yang berani mengusung tema ninja dalam sebuah visual novel. Nightshade sebelumnya muncul tahun 2016 di Playstation Vita dengan judul aslinya Hyakka Hyakurou Sengoku Ninpou-chou. Saya tidak kaget mengetahui game ini muncul versi Inggrisnya di Steam. Ini karena D3 Publisher memang langganan merilis game bertema serupa.

Dan bisa ditebak, Nightshade adalah sebuah otome visual novel. Disini ada lima cowok ganteng yang bisa menjadi target cinta Enju. Beberapa diantara mereka berdasarkan tokoh nyata dalam sejarah Jepang. Plot cerita utama sebenarnya linear, tapi Nightshade menawarkan alternatif rute yang menarik untuk tiap cowok ganteng yang dikejar Enju. Cerita tiap karakter tidak berhubungan dengan yang lain. Artinya, setelah memilih satu cowok, tugas pemain adalah memilih dialog yang tepat untuk membuka endingnya. Ada dua good ending tiap karakter dan satu bad ending yang menghanguskan segalanya.

Ketika pemain baru pertama kali bermain butuh waktu sekitar tiga jam untuk melalui dialognya. Tapi setelah itu pemain bisa melewati prologue dan langsung ke chapter utamanya. Jadi untuk menyelesaikan permainan butuh waktu sekitar lima belas jam. Lama juga ya? Ini karena ada alur yang sulit ditemukan karena pemain salah memilih dialog. Memilih jawaban yang membuat cowok impian agar suka pada Enju kadang terasa aneh di situasi tertentu. Tapi jangan khawatir, karena jika frustasi pemain bisa berburu guidenya di internet.


Sayangnya di game ini ada karakter cowok tambahan yang tidak masuk target Enju. Dia adalah Ieyasu Tokugawa. Tampilnya dia di game ini terkesan “pemborosan” karena penampilannya good looking tapi tidak bisa dikejar. Gayanya di awal permainan terkesan baik hati. Tapi seiring berjalannya permainan ternyata Ieyasu punya sifat yang dingin. Unik, tapi tidak terlalu digali di game ini. Belum lagi Ieyasu punya seiyuu yang cantik, tidak cocok untuk cowok.

Pada dasarnya saya menikmati Nightshade ini. Artwork permainan juga bagus dan digambar oleh Teita yang sudah berpengalaman. Melihat plotnya, mungkin saja developernya mau membuat sekuelnya? Anyway, bagi Anda yang memang gemar dengan genre visual otome bisa mencoba Nightshade. Silahkan diunduh disini.

RESIDENT EVIL 4: YANG TERBAIK DARI SERI SURVIVAL HORROR CAPCOM


Tidak kaget ketika mendengar Capcom merilis versi remaster dari tiga game andalan mereka; Resident Evil 4, 5 dan 6 tahun 2016 lalu. Tapi dari ketiganya, sepertinya hanya game keempat yang memang layak dibuat remaster. Mengapa? Karena terhitung game lawas yang muncul lebih dari sepuluh tahun lalu di Nintendo Gamecube tahun 2004 silam. Versi remaster meningkatkan resolusi, tekstur dan perbaikan kontrol. Selebihnya, permainan masih sama dengan versi klasiknya. Resident Evil 4 masih tetap survival horror terbaik yang pernah saya mainkan. Bahkan sampai sekarang. Review ini berdasarkan versi klasiknya.

Enam tahun berlalu sejak tragedi kehancuran Kota Raccon tahun 1998 akibat ulah Umbrella. Leon S. Kennedy, salah satu survivor dalam kejadian itu kini bekerja untuk pemerintah. Leon bekerja sebagai agen rahasia di sebuah organisasi yang bertanggung jawab langsung pada Presiden. Kini Leon dikirim untuk sebuah misi penyelamatan. Dia harus menyelamatkan Ashley Graham, putri presiden yang diculik kelompok kultus sesat bernama Los Illuminados. Leon berangkat ke sebuah desa di pedalaman Spanyol, tempat dimana Ashley terakhir terlihat.


Untuk pertama kalinya gamer yang terbiasa dengan seri klasik Resident Evil dibuat kaget. Shinji Mikami sang kreator menerapkan model gameplay baru yang akan berlanjut sampai game keenamnya. Anda tidak akan menemui karakter super lincah layaknya Jill Valentine di Resident Evil 3. Ketika membidik musuh sudut pandang kamera pindah di belakang pundak Leon yang membuatnya mirip dengan Evil Within atau The Last of Us. Ketika berjalan atau berlari kamera akan berganti ke third person layaknya game action umumnya.

Resident Evil 4 memang game yang terkesan gelap dan menegangkan. Saya masih ingat bagaimana yang Leon baru tiba di desa dan tanpa basa basi langsung dikejar para penduduk yang ternyata bukan zombie. Mereka bisa lari, menaiki tangga, melempar senjata tajam, memanggil bantuan, atau mencekik Leon jika berhasil tertangkap. Belum lagi ketika Leon masuk ke sebuah rumah tiba-tiba terdengar suara gergaji mesin yang memburunya. Si algojo kejam itu tidak akan berhenti sebelum berhasil merobek Leon dengan gergajinya.


Jika di tiga game sebelumnya karakter akan membidik otomatis ke arah musuh, maka di game keempat ini tidak lagi. Leon bebas membidik bagian tubuh musuh manapun. Reaksi musuh akan berbeda tergantung bagian mana yang kena tembak. Biasanya jika ditembak di kepala atau lutut, dan musuh belum mati, maka Leon bisa menendang atau membantingnya. Ini bisa menghemat amunisi. Beberapa musuh juga butuh akurasi tembakan. Misalnya Regenerador hanya bisa dibunuh dengan sniper rifle yang dilengkapi infrared scope. Garrador yang punya cakar ala Wolverine hanya bisa ditembak dipunggungnya.

Karena musuh semakin kuat, Leon harus mengupgrade senjatanya. Caranya dengan membayar di pedagang yang ada di titik tertentu setiap level. Tidak jelas darimana asalnya pedagang ini. Leon bisa membeli senjata lalu mengupgrade kapasitas amunisi, kecepatan dan kekuatan tembakan. Selain itu Leon bisa mengupgrade kapasitas inventory-nya. Resident Evil 4 menghilangkan peti yang biasa ada di game sebelumnya. Pemain harus bisa mengatur sendiri item agar muat di inventory.


Fitur menarik lain adalah QTE (Quick Time Event) dalam permainan. QTE meminta pemain menekan tombol tertentu di layar jika diminta. Jika gagal atau keliru, Leon bisa terluka atau terbunuh. Bahkan ketika cutscene, QTE ini juga muncul. Jadi pemain tidak selalu bisa menikmati indahnya film animasi. Yang paling seru ketika Leon melawan Jack Krauser. QTE yang selalu muncul dan cepat membuat duel seru tapi melelahkan jika harus mengulang. Anda pasti tidak tahu jika Krauser ternyata bisa dilawan dengan pisau, bukan?

Puzzle masih ada walau tidak semenantang seri sebelumnya. Yang bagus jika berhasil menamatkan permainan maka bisa membuka mode permainan baru. Yang pertama adalah Separate Ways dimana sebagai Ada Wong pemain membantu Leon dari sisi lain. Rampungkan mode ini maka bisa membuka senjata terkuat Chicago Typewriter seharga 1.000.000 ptas. Mode kedua adalah Ada the Spy, dimana pemain harus mengumpulkan sampel virus. Seperti biasa, Mercenary Mode juga masih ada dengan lima karakter yang bisa dimainkan. 


Resident Evil 4 memang lebih banyak action daripada survival horrornya. Anda sebetulnya tidak perlu memilih HD Remaster, karena versi original yang dimainkan pada resolusi 1366x768 sudah cukup. Apalagi HD Remaster menuntut PC dengan hardware yang powerful. Resident Evil 4 versi original ini bisa Anda nikmati dan diunduh disini.

BATTLE FANTASIA: GAME FIGHTING DENGAN SENTUHAN ALA RPG


Nama besar Arc System Works adalah jaminan untuk game fighting berkualitas. Serial Guilty Gear, Blazblue dan Persona 4: Arena adalah bukti hasil karya tangan dingin mereka. Kembali ke tahun 2007, di arcade dirilis Battle Fantasia, sebuah game fighting 2D bertema fantasi. Game ini lalu di-port ke Xbox 360 dan Playstation 3 tahun 2008. Untungnya tahun 2015 gamer PC ikut kebagian setelah Arc System Works dan Dot Emu merilis versi upgradenya di Steam yang diberi subtitel Revised Edition.

Tersebutlah sebuah masa dimana dunia ini ditutupi oleh kegelapan. Tapi kegelapan itu akhirnya sirna berkat kekuatan pedang dari empat pahlawan. Cahayapun kembali ke dunia dan diikuti dengan kedamaian dan ketenangan. Tapi beberapa bulan belakangan ini banyak peristiwa aneh mulai terjadi di muka bumi. Rumor mulai berkembang diantara orang-orang bahwa sesuatu yang gelap dan berbahaya mendekat dengan cepat. Mereka menyebutnya dengan “Pembawa Bencana yang Berikutnya”. Di masa yang mencekam ini takdir kembali menyatukan seluruh ksatria dari penjuru dunia. Seiring munculnya persaingan dalam pertarungan, sebuah legenda baru para pahlawanpun dimulai.


Cerita dalam permainan terkesan klise. Hanya memberi alasan bagi karakter didalamnya bertarung satu sama lain. Battle Fantasia menyediakan 12 karakter yang bisa dipilih. Jumlah yang sangat sedikit apalagi melihat standar game fighting jaman sekarang. Arc System Works rupanya lebih fokus mengisi dengan karakter unik yang berbeda. Karakter bergaya game RPG seperti Final Fantasy Tactics dan serial Tales menggantikan cowok macho dan cewek seksi seperti yang ada di game fighting kebanyakan. Disini karakternya juga dibuat model 3D. Berbeda dengan game buatan Arc System Works sebelumnya.

Ada Freed sang perompak yang mirip Kapten Hook di kartun Peter Pan. Watson sang kelinci terlihat imut dengan senjata wortelnya. Tipikal jagoan utama seperti Urs dengan gergaji mesin yang bisa dinaiki juga ada. Disini setiap karakter punya life bar atau HP yang jumlah angkanya berbeda. Tapi jangan keliru, karena bukan berarti karakter yang life barnya banyak pasti unggul. Karakter besar seperti Donvalve dan Deathbringer lebih banyak life bar, tapi lebih lambat dan mudah diserang. Sebaliknya, Watson dan Marco lebih sedikit life barnya, tapi lebih lincah dan mudah melepaskan banyak combo.

Ada lima serangan dasar; light punch, heavy punch, light kick, heavy kick dan throw. Kunci untuk menang tentu saja menguasai combo. Seiring pemain menerima dan melakukan damage pada lawan, maka akan mengisi magic meter di bawah layar. Maksimal magic meter ini terisi sampai tiga level. Magic meter digunakan melancarkan super moves. Selain itu magic meter bisa digunakan untuk mengaktifkan Heat Up Mode. Jika mode ini aktif pemain bisa melancarkan banyak combo dan damagenya lebih besar. Sedikit bocoran, Heat Up Mode wajib digunakan pada boss terakhir.


Lantas apa yang membedakan Revised Edition dan versi originalnya? Arc System Works memperbaiki grafis dan sudut pandang kamera ketika karakter melakukan special moves. Kemudian karakter diseimbangkan sesuai versi arcadenya, meski saya sendiri tidak menemukan dimana perbedaannya. Bicara mode permainan terbilang standar. Ada Story Mode dimana pemain melawan 9 musuh dengan tambahan full voice Jepang. Arcade Mode yang sama dengan Story Mode tapi tanpa dialog. Selain itu masih ada Time Attack Mode, Survival Mode dan Versus Mode yang tidak perlu dijelaskan lagi.

Battle Fantasia: Revised Edition memang tidak terlalu menonjol dibanding game fighting kekinian. Tapi desain karakternya yang khas RPG Jepang jadi point lebihnya. Dan satu lagi, bermain di Story Mode akan membuka CG dan kostum baru. Untuk membuka 100% dari masing-masing karakter ada syarat dan rute tertentu. Memang tidak mudah menemukannya. Tapi berdasarkan pengalaman ini bisa dibuka jika pemain kalah atau menang melawan lawan tertentu. Tertarik? Silahkan mencoba Battle Fantasia dengan mengunduhnya disini.

RAIDERS SPHERE 4TH: ALTERNATIF ACE COMBAT UNTUK GAMER PC


Saya menemukan Raiders Sphere 4th pertama kali di sebuah situs download game doujin tahun 2015 lalu. Cukup heran juga karena gamer Jepang biasanya tidak tertarik dengan model simulation shooter. Tapi yang lebih mengejutkan ternyata seri Raiders Sphere sudah beredar sejak tahun 2004 tapi hanya di Jepang. Game ini seolah menjadi penawar bagi penggemar Ace Combat yang memang belum pernah hadir di PC. Untungnya, Sekai Project bersedia menerjemahkan game ini ke Bahasa Inggris. Raiders Sphere 4th  resmi menjadi yang pertama dari serialnya hadir untuk gamer barat.

Di akhir abad ke-21, manusia berhasil mengubah Planet Venus menjadi sebuah hunian yang nyaman bagi manusia. Tapi tanah subur di Venus tidak sejalan dengan pikiran manusia yang serakah dengan politiknya. Beberapa tahun setelah manusia berhasil mengeksplorasi sumber daya di Venus, terjadi konflik antara dua organisasi besar. Venus Material Inc (VMI) sebuah perusahaan raksasa bersitegang dengan Sentinels of Terra, organisasi yang dibentuk negara-negara adikuasa di dunia. Perseteruan mereka tidak terlihat langsung dan mirip dengan era perang dingin di tahun 1940-an

Sementara itu, di salah satu sudut Planet Venus, di distrik Terra Structure #3 ada sebuah pangkalan udara yang menjadi markas bagi para Raiders. Mereka adalah warga sipil ala tentara bayaran yang melakukan bermacam-macam misi. Ellea Southline adalah salah satu Raider yang ahli dalam penyelidikan dan pengiriman. Ellea juga terlatih dalam pertempuran senjata yang membuatnya dijuluki Sonic Venus. Di Sentinels of Terra dia terdaftar sebagai pilot. Setelah sebuah insiden Ellea ingin mencari ayahnya, seorang pilot yang hilang dalam sebuah misi.


Ace Combat memang berjaya sebagai flight combat simulator terbaik di konsol, tapi masih ada kekurangannya. Dari sekian banyak serialnya tidak satupun yang mendukung virtual reality. Padahal, ini sangat cocok diterapkan jika pemain duduk di cockpit pesawat. Kelemahan inilah yang dijawab oleh Raiders Sphere. Rectangle selaku developer memberikan dukungan atas Oculus Rift. Sehingga saat di cockpit pemain merasakan sebagai pilot yang sebenarnya.

Dalam Raiders Sphere pemain menerbangkan pesawat, yang disini disebut raider, dan menyelesaikan beragam misi. Total ada 30 misi yang bisa diselesaikan. Ada misi yang meminta pemain menghancurkan target di kota tertentu. Sementara itu ada misi sederhana yang hanya menerbangkan pesawat di ngarai atau terowongan untuk mencapai checkpoint. Yang lebih seru adalah  dog fighting, atau pertempuran udara melawan pesawat lain. Di akhir misi performa pemain akan dievaluasi dan mendapat rangking. Dari sini pemain bisa membeli pesawat atau senjata baru. Dengan begini permainan harus diulang berkali-kali untuk membuka semua pesawat, senjata dan item.

Grafis Raiders Sphere 4th tidak terlalu istimewa, tapi juga tidak terlalu buruk. Ini bisa dimaklumi untuk ukuran game indie yang berbudget terbatas. Pemain veteran mungkin akan ingat dengan Ace Combat 3 atau 4. Permainan mendukung resolusi hingga 1366 x 768, cukup standar untuk PC atau laptop jaman sekarang. Selebihnya tidak ada efek grafis tambahan seperti anti aliasing atau MSAA. Pendeknya, grafis Raiders Sphere 4th ini setara dengan game tahun 90-an di Playstation 2, tapi hanya unggul di resolusi tinggi. Untuk kontrol permainan cukup baik, apalagi game ini mendukung banyak model gamepad.


Yang menjadi nilai minus barangkali pada tingkat kesulitannya. Di permainan ini makin tinggi tingkat kesulitan hanya berpengaruh pada musuh yang makin agresif dan daya tahan pesawat pemain. Ini tidak menentukan item atau pesawat yang bisa dibuka nantinya. Jadi bermain pada level easy, normal, atau hard, tidak ada bedanya. Meski banyak pesawat dan senjata bisa dibuka, tapi hanya sedikit saja yang benar-benar bagus. Sisanya hanya tambahan saja. Ini membuat permainan menjadi tidak seimbang dan kadang membuang waktu.

Secara keseluruhan, Raiders Sphere 4th cocok bagi mereka yang mencari alternatif Ace Combat. Apalagi ada elemen ala visual novel plus voice acting didalamnya yang menjadi nilai lebih game ini. Anda bisa mencoba Raiders Sphere 4th dengan mengunduh gamenya disini.

REVIEW CHAOS CODE: NEW SIGN OF CATASTROPHE


Banyak developer besar di dunia game fighting. Capcom adalah yang terbesar dengan seri Street Fighternya. Ada pula Arc System Works yang namanya terkenal berkat Guilty Gear dan Blazblue. Siapa yang tidak kenal King of Fighters dan Samurai Showdown dari SNK? Biarpun sudah bangkrut, karya SNK masih hidup berkat fanbase-nya yang kuat. Menyusul Netherrealm Studios dengan Mortal Kombat yang terkenal sadis tapi banyak penggemarnya.

Nama Chaos Code mungkin asing di telinga. Tidak perlu kaget karena game ini dikembangkan oleh developer asal Taiwan FK Digital. Mulanya hanya beredar di arcade tahun 2012 sampai kemudian didistribusikan lewat Nesica dengan subtitel New Sign of Catastrophe. Menyusul kemudian di konsol dan PC oleh Arc System Works tahun 2017. Dari grafis yang diperlihatkan sepintas Chaos Code terlihat menjanjikan. Tapi apa benar begitu? Mari kita kupas satu persatu.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah peradaban manusia, seorang profesor jenius yang enggan disebutkan namanya berhasil menemukan sumber energi alternatif. Proyek yang melibatkan banyak ilmuwan itu berhasil menemukan energi tidak terbatas bernama Chaotic. Dunia merasa gembira karena penemuan itu mengatasi masalah krisis energi yang tengah dihadapi banyak negara. Ternyata penemuan itu justru mengantarkan manusia pada jurang kepunahan. Ketika sang profesor menyadarinya dia lalu bersembunyi dari pemerintah yang memburunya.


Dalam persembunyiannya sang profesor menulis kode rahasia yang disebutnya Chaos Code. Banyak kelompok termasuk pemerintah berusaha mengungkap rahasia dibaliknya. Mereka percaya jika berhasil mengungkap kode itu maka mereka akan menguasai energi Chaotic sepenuhnya. Untuk itu sang profesor menggelar kompetisi dengan hadiah besar bagi siapapun yang berhasil menemukannya. Dan sejak itulah kompetisi perburuan rahasia Chaos Code dimulai...

Chaos Code mirip dengan Street Fighter atau King of Fighters. Jadi para veteran kedua game tadi dipastikan tidak kesulitan memainkannya. Ada empat tombol basic attack, special attack, super moves atau di game ini disebut Ultimate Chaos dan EX Attack. Super moves butuh satu power meter, sementara EX attack hanya butuh setengahnya. Masih ada serangan super kuat yang disebut Destruction Chaos yang menghabiskan seluruh power bar. Destruction Chaos mirip dengan super moves level 3 di Street Fighter Zero.

Tiap karakter punya gerakan standar game fighting seperti melompat, air-dash dan roll dari King of Fighter. Ada pula guard-crashing, sebuah gerakan yang bisa menjebol pertahanan lawan yang terus bertahan. Jika pemain sebagai yang bertahan, bisa menghabiskan setengah power meter untuk melakukan parry ala Street Fighter III. Parry adalah mengembalikan serangan lawan tanpa menerima damage. Butuh timing tepat untuk melakukannya. Seharusnya ada tutorial untuk gameplaynya, tapi anehnya di game ini tidak ada.


Mode yang ditawarkan terbilang standar untuk game fighting jaman sekarang. Dari Arcade, VS. Mode, Survival, Practice, Mission, Score Attack dan Online Mode tersedia. Ada juga pilihan untuk mengkustomisasi warna karakter. Pemain bisa menambah banyak warna dengan poin yang diperoleh sepanjang bermain. Bukan hanya warna, karena pemain juga bisa membuka extra art, ending, versi boss yang lebih kuat, EX options dan masih banyak lagi.

Chaos Code: New Sign of Catastrophe memang tidak istimewa, tapi juga tidak buruk. Grafisnya sedikit dibawah Arcana Heart dan Guilty Gear, tapi masih bagus terutama untuk CG-nya. Soundtrack cukup memorable walaupun tidak menonjol. Saya sendiri butuh waktu sekitar dua jam untuk membuka semua endingnya. Tapi ini bisa lebih lama kalau ingin membuka semua fitur extranya. Bagi fans game fighting Chaos Code bisa menjadi pilihan yang bagus. Cobalah dengan mengunduh game ini disini.

REFRAIN PRISM MEMORIES: MENGUMPULKAN MEMORI YANG HILANG DI DUNIA DIGITAL


Sejak dirilis versi demonya di Jepang tahun 2009 silam Refrain Prism Memories menjadi salah satu game shooter yang saya tunggu-tunggu. Tapi rupanya butuh waktu dua tahun lagi bagi Rebrank, sang developer untuk menyempurnakannya. Ketika versi penuhnya muncul tahun 2011, game ini langsung habis diserbu pembeli. Konon toko-toko di Akihabara yang biasa menjual game doujin juga kehabisan stok. Gamer yang ingin mengkoleksi versi fisiknya terpaksa harus gigit jari.

Ini tidak berlaku jika Anda setia mengikuti perkembangan game doujin. Pastinya bisa mendownload game ini dari situs atau blog kesayangan. Lima tahun berlalu, berkat Degica sekarang game ini tersedia di Steam. Dengan dukungan Bahasa Inggris pemain bisa menikmati permainan sekaligus jalan ceritanya. Refrain Prism Memories adalah game kedua dari RebRank. Bagi yang masih asing, RebRank sebelumnya merilis Samidare, sebuah vertical shooter yang sangat terkenal baik di Jepang dan di barat.

Jauh di masa depan, negara di dunia saling berebut sumber daya yang berujung pada peperangan. Akibatnya bumi rusak parah dan  manusia terpaksa mengungsi ke bawah tanah. Manusia lalu menciptakan M.R.S (Machine manufacture Research and development System), yang memungkinkan manusia merancang mesin perang berbasis AI atau komputer. Dengan M.R.S perang tetap bisa berlanjut tanpa melibatkan manusia secara fisik didalamnya. Dengan kata lain, perang terjadi di dunia digital. Tapi sistem komputer M.R.S berbalik melawan manusia dan menguasai permukaan bumi.


Dalam Refrain Prism Memories, pemain akan masuk kedalam jaringan komputer M.R.S. Demi membuka memori masa lalu mereka, tiga karakter; Miria, Tee dan Mews harus mengalahkan lima penjaga gate central M.R.S. Setiap penjaga mempunyai senjata yang disebut dengan Prism. Penampilan mereka memang tidak menakutkan, tapi mereka sangat berbahaya.

Di awal permainan hanya Miria dengan pesawatnya Must Viper yang bisa dimainkan. Tema dan latar permainan berubah sesuai karakter yang dipilih. Memainkan Miria seperti game shooter standar umumnya; tembak, menghindar kumpulkan poin dan kalahkan boss. Miria adalah karakter yang seimbang dalam segala hal. Barulah ketika dua karakter lain terbuka Anda akan melihat perbedaan. Tee dengan Blitz Lesternya unggul dalam pertarungan jarak dekat. Sementara Mews dengan Bronx Terror lebih baik menyerang dari jarak jauh. Karena perbedaan karakter, pemain tidak bisa menggunakan strategi yang sama untuk bertahan hidup.

Biasanya, untuk bertahan hidup di game shooter Jepang pemain hanya perlu menahan tombol tembak sembari menghindari pola peluru atau danmaku yang rumit. Ini bisa dilakukan di Refrain Prism Memories, tapi skor lebih sedikit. Kemudian di tingkat kesulitan yang lebih tinggi, hal ini sulit untuk dilakukan. Nah, disinilah serangan Mood Emotion Feeling Affect (M.E.F.A 2) dan Concept Reactor bisa membantu. M.E.F.A 2 adalah serangan super kuat yang bisa dicharge sampai enam level. Serangan ini bisa dilepas individual atau sekaligus.


Misalnya pemain menggunakan Must Viper. Jika tombol M.E.F.A 2 ditekan sekali akan mengeluarkan laser kuat lurus kedepan. Ditekan dua kali maka mengeluarkan rentetan bom. Di level empat bukan hanya laser kuat yang ditembakkan, tapi musuh yang terkena akan terdorong kebelakang. M.E.F.A 2  cocok digunakan melawan boss karena pada musuh biasa terkesan berlebihan. Cara mengisi M.E.F.A 2 gauge adalah dengan terus menghancurkan musuh dengan serangan normal. Refrain Prism Memories mengajak pemain agresif. So jangan bermain bertahan, dan rajinlah menghancurkan musuh.

Berikutnya Concept Reactor yang punya gauge sendiri. Concept Reactor hanya punya tiga gauge yang bisa diisi dengan mengumpulkan item dari musuh yang dihancurkan. Jika tombol Concept Reactor ditekan maka mengubah semua proyektil musuh dilayar menjadi prism. Hancurkan prism tadi maka akan mengisi M.E.F.A 2 gauge lebih cepat. Singkatnya, menggunakan dua jenis serangan spesial tadi di saat yang tepat adalah kunci menguasai permainan.

Refrain Prism Memories yang tersedia di Steam berdasarkan versi lamanya. Tidak ada wide screen support, resolusi maksimal di rasio 4:3, dan tanpa Tate Mode seperti di Ikaruga dan Crimzon Clover. Tapi toh tidak mengurangi keindahannya. Peluru dan laser tetap terlihat berwarna-warni. Ini juga masih didukung soundtrack techno yang menghinoptis pemain. Jika Anda menyukai shooter dan tidak keberatan dengan sedikit latihan, maka Refrain Prism Memories cocok untuk Anda. Silahkan mengunduh game yang adiktif ini disini.